Scroll untuk baca artikel
Ragam

Si Manis Hati dan Si Pahit Lidah

×

Si Manis Hati dan Si Pahit Lidah

Sebarkan artikel ini
Penulis: Juhana Shania Fiska

Dahulu hiduplah dua saudara kembar yang tinggal ditepian sungai Indragiri, mereka memiliki sifat yang jauh berbeda. Si Manis Hati dan Si Pahit Lidah namanya, Si Manis Hati kaka dari Si Pahit Lidah seorang pemuda yang ramah, baik hati, pekerja keras dan selalu membantu orang lain. Sedangkan Si Pahit Lidah, seorang pemuda yang suka berkelahi, pemalas, dan selalu berkata kasar terhadap orang lain.

Semenjak kepergian ayahnya, ibu dari kedua saudara kembar tersebut jatuh sakit sehingga Si Manis Hati harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merawat ibunya dan bekerja sebagai nelayan. Meskipun hidup dalam kemiskinan, Si Manis Hati pantang mengenal lelah. Ia selalu bangun pagi-pagi buta untuk menangkap ikan di laut, bahkan ketika cuaca buruk sekalipun.

Sementara itu, Si Pahit Lidah sering kali malas dan tidak mau membantu pekerjaan rumah. Ia lebih suka menghabiskan waktunya dengan berkelahi dan minum-minuman keras bersama teman-temannya.

Meskipun demikian, Si Manis Hati tidak pernah kehilangan harapan dan selalu berusaha untuk memperbaiki keadaan keluarganya. Ia berharap suatu hari nanti mereka bisa hidup lebih sejahtera dan bahagia.

Pada suatu hari ketika sedang mencari ikan di laut, Si Manis Hati menemukan seekor buaya putih yang terperangkap di jaringnya saat sedang bekerja. Meskipun merasa takut, Si Manis Hati mendekati buaya tersebut dan terkejut saat mengetahui bahwa buaya tersebut bisa berbicara. Buaya tersebut meminta bantuan untuk keluar dari jaring tersebut, dan Si Manis Hati pun langsung menolongnya. Setelah berhasil keluar dari jaring, buaya putih tersebut berterima kasih kepada Si Manis Hati karena sudah menolongnya. Lalu, Si Manis Hati pun bergegas untuk pulang.

Sesampinya di rumah, ia diberitahu bahwa adiknya yang dikenal sebagai Si Pahit Lidah telah membuat masalah. Si Pahit Lidah telah mencuri ayam milik salah satu penduduk desa dan menjualnya di pasar. Kemudian, penduduk yang menjadi korban datang ke rumah dan meminta ganti rugi. Si pahit lidah yang terluka karena dipukuli oleh warga hanya diam dan tidak dapat berbuat apa-apa. Setelah mendengar permintaan ganti rugi dari penduduk yang menjadi korban ulah adiknya, Simanis Hati pun berjanji untuk mengganti kerugian yang telah ditimbulkan oleh adiknya.

Keesokan harinya, si manis hati kembali bekerja dan terus memikirkan bagaimana ia bisa membayar ganti rugi tersebut. Kemudian, ia berdoa kepada Allah agar diberikan rezeki yang cukup. Namun, nasib buruk menimpanya saat ingin mengangkat jaring ikan. ia jatuh dari perahu dan hampir tenggelam. Beruntungnya, ia diselamatkan oleh buaya putih yang pernah ia tolong sebelumnya. Sebagai tanda terima kasih, Simanis Hati mengucapkan terima kasih kepada buaya putih tersebut. Ia pun dibantu dengan diberikan ikan-ikan yang banyak oleh buaya putih.

Setelah mendapatkan banyak ikan, Simanis Hati berhasil menjualnya dengan harga yang tinggi di pasar. Dengan uang yang didapat dari hasil penjualan ikan tersebut, Simanis Hati merasa sangat bersyukur dan bahagia. Ia menggunakan uang tersebut untuk membayar ganti rugi atas ulah adiknya dan membiayai perobatan ibunya. Dengan kebaikan hati dan keberuntungan yang ia dapatkan, Simanis Hati merasa hidupnya semakin baik dan penuh berkah.

(***)