Scroll untuk baca artikel
Galeri Foto

Pulau Basu di Inhil Menjadi Jalur Migrasi Burung Imigran saat Musim Kawin

×

Pulau Basu di Inhil Menjadi Jalur Migrasi Burung Imigran saat Musim Kawin

Sebarkan artikel ini

Warganet.CO – Pulau Basu memiliki nama lokal pulau Bakong adalah salah satu pulau yang berada di Indragiri Hilir, yang terletak di pesisir Timur Sumatera, tepatnya di sebuah pulau yang bernama Pulau Basu di kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir.

Pulau ini memliki daya tarik yang keberadaannya tidak banyak di dunia, yakni adalah air dari Danau Mablu yang berwarna hitam, selain di Pulau Basu, danau air hitam itu ada juga di rawa Florida, Amerika Serikat, dan kini telah dijadikan suaka margasatwa.

Danau yang terbentuk dari kubah gambut (peat dome) melalui proses alami pelapukan gambut di dalam cekungan kubah gambut selama ratusan tahun itu, membuat air Danau Mablu berwarna hitam alami.

Kawasan tersebut sering menjadi tempat persinggahan burung luar. Burung-burung migran itu umumnya berasal dari Asia Selatan. Namun, tak jarang juga berasal dari Australia dan Asia Timur. Biasanya burung akan berimigrasi saat musim kawin.

Hal ini dibenarkan Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Inhil, Junaidy S.Sos MSi.

“Setiap tahun, macam-macam jenis burung migran akan singgah di sana (Danau Mablu, red). Disana burung-burung itu bermain. Ini sudah dibuktikan oleh beberapa peneliti,” pungkas Junaidy.

Pulau ini merupakan tempat habitat alami dari species Bangau Putih Susu / Wilwo yang hanya tinggal kisaran 5.500 – 6000 ekor saja di dunia. Dan dipercaya, 10 persen dari jumlah itu, hidup dan berkembang biak di Pulau Basu.

Bupati Indragiri Hilir Wardan mengatakan Pulau Basu berpotensi dijadikan objek wisata. Ada beberapa spesies flora dan fauna langka antara lain, hutan mangrove (ryzphora) dan burung bangau (ciconiidae).

Daya tarik pulau basu tidak hanya dari danau mabloe dan unggasnya yang langka saja, tetapi, wisatawan juga dapat menemukan pohon Nyirih, kayu Api-api, pohon Nibung ataupun Pinang Merah, pohon Terentang, serta ribuan spesies belukar lainnya, termasuklah Bunga Anggrek. Bahkan tidak kalah uniknya, disana ternyata juga ada pohon Semar atau dikenal juga dengan sebutan Periuk Beruk yaitu tumbuhan si pemakan serangga.

Tempat ini memiliki luas lebih kurang 25.672,28 hektar, dengan hamparan pantai lumpur seluas 9.200 hektar. Sekeliling pulau dikelilingi dengan ekosistem hutan mangrove yang sebagian besar masih baik. Lama tempuh perjalanan dari Kota tembilahan adalah selama 1,5 jam perjalanan.