Scroll untuk baca artikel
Opini

Aku dan Sekolahku: Saat Pandemi Covid-19 Adakah Daring untuk Sulaiman

×

Aku dan Sekolahku: Saat Pandemi Covid-19 Adakah Daring untuk Sulaiman

Sebarkan artikel ini

Hari ini Jumat (31/10/2020) hal yang paling menyedihkah bagi saya. Dimana tulisan ini suatu kejadian atau kisah nyata yang dialami seorang anak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau yang ingin kami bagikan kepada dunia.

Tentang aku dan sekolahku, saat Pandemi Virus Corona (Covid-19) adakah belajar Dalam Jaringan (Daring) untuk aku (Sulaiman). Kabar beredar, Sulaiman diduga dikeluarkan dari sekolah secara sepihak oleh pihak SMAN 1 Tembilahan Hulu karna sering tidak mengerjakan tugas sekolah yang diberikan guru secara daring.

Kejadian yang dialami oleh Sulaiman dipenuhi perjuangan sang Ayah selain kepala keluarga, sang ayah juga pekerjaan sehari-hari hanya kuli bangunan dan sang Ibu selain ibu rumah tangga, sang ibu juga membantu perekonomian keluarga sebagai buruh cuci.

Betapa kemiskinan mampu merenggut impian banyak anak tentang kebahagiaan pendidikan di masa depan. Kemiskinan memaksa para anak menyingkirkan pendidikan yang dia anggap sekolah itu sebagai sekolah populernya dan melanjutkan ke sekolah yang dia anggap lebih irit keuangan.

Meskipun mengerti pentingnya pendidikan, namun apa bisa buat jika keuangan tak mendukung untuk mengikuti proses belajar di masa Pandemi Virus Corona (Covid-19) ini. Yang memaksa setidaknya harus mempunyai akses bagus Hp Android atau Laptop dan lainnya untuk mengikuti proses daring.

Sekolah sistem daring yang dialami keluarga Sulaiman itu tentu mengeluarkan uang yang lebih banyak lagi, sedangkan untuk makan sehari-hari saja susah didapat.

Ditambah bukan hanya Sulaiman yang harus mengikuti daring itu, tetapi kedua adiknya juga yang sekolah di MIN harus mengikuti daring, mengandalkan satu unit hp merek asus tak layak pakai karna layar sudah retak seribu, maka merupakan pilihan realistis jika mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memindahkan Sulaiman ke sekolah yang lebih murah biayanya.

Hal ini memang menyedihkan. Lantas bagaimana peristiwa Sulaiman bisa dikeluarkan dari SMAN 1 Tembilahan Hulu.

Dimasa Pandemi Virus Corona (Covid-19) ini tentu banyak hal yang berubah baik tentang perekonomian dan lain sebagainya. Diceritakan Nurhasanah Ibu Sulaiman, bahwa Sulaiman saat ini Kelas X IPS I SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu. Diketahui bahwa anaknya memang terkadang tidak mengerjakan tugas sekolah via daring, karena HP merek Asus yang layarnya sudah retak seribu juga dipakai bertiga dengan adiknya yang sekolah di MIN dan bapaknya yang bekerja sebagai kuli bangunan.

“Anak saya bukan malas pak, tapi HP yang dipakai bertiga bersama suami saya dan adik Sulaiman juga jarang ada paketnya, kami susah pak. Sulaiman saja selalu ikut bapaknya kerja bangunan,” ujar Nurhasanah sambil meneteskan air mata.

Makanya, Nurhasanah kaget ketika dipanggil pihak sekolah dan diminta menandatangani kertas yang sudah disediakan oleh pihak sekolah, karena tidak paham (karena memang Nurhasanah tidak pandai tulis baca), maka dia hanya mencoret di bagian yang harus ditanda tangani.

Ternyata, surat ini surat permohonan pindah dari SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu ke MA Sabilal Muhtadin, surat ini sudah disediakan pihak sekolah tersebut. Padahal, dia tidak pernah minta anaknya pindah dari sekolah ini.

“Saya tidak pernah minta anak saya pindah, saya dipanggil surat coret disini (di bagian tanda tangan, red) kata gurunya, maka saya yang tak paham ini coret lah pak, ” ujarnya.

Diakuinya, selama ini anaknya tidak nakal dan melakukan tindakan lain yang merugikan sekolah, maka sedih saja ketika anaknya dinyatakan pindah ke sekolah lain.

Dikutip Siberone.com, Plt Kepala Sekolah SMAN 1 Tembilahan Hulu, Paridah Aryani saat dikonfirmasi melalui selulernya menyebutkan pihaknya akan membuat jadwal pertemuan dengan pihak keluarga Sulaiman pada hari Senin 2 November 2020.

“Iya kita akan memanggil kembali keluarga Sulaiman ke Sekolah dan mendudukkan bersama wali kelas untuk menjelaskan permasalahan ini,” ucapnya, Jum’at (30/10/2020).

Paridah katakan sebenarnya pihak sekolah tidak ada maksud mengeluarkan surat pindah terhadap Sulaiman, namun karena yang bersangkutan sudah memantau Daring (Dalam Jaringan) tidak bisa, selanjutnya ke Luring (Luar Jaringan) juga tidak bisa dikerjakan, lalu pihak sekolah (wali kelas, red) menanyakan ke siswa bagaimana menjaga agar tetap bisa mengikuti pelajaran di sekolah.

“Awalnya Sulaiman ini datang mengikuti pelajaran Daring tapi tidak sanggup, ya diubah ke Luring namun tidak juga dikerjakan, lalu wali kelas mencoba menanyakan permasalahan agar bisa mengikuti pelajaran di sekolah, namun Siswa tersebut meminta pindah. Saya juga sudah menanyakan hal ini baik-baik ke Wali kelas apakah benar-benar mau pindah karena situasi pandemi, kata Wali kelas sudah menjadi permintaan anak tersebut yang mau pindah. Nah dari situ kita panggil pihak keluarga agar tahu dan berbicara tentang ini ada rekamannya. Dan lebih bagusnya ini dibicarakan pas hari Senin agar jelas duduk permasalahannya,”imbuhnya.

Mendengar hal itu, Dewan Pendidikan Kabupaten Indragiri Hilir akan telusuri kasus SMAN 1 Tembilahan Hulu tentang dikeluarkannya murid Sulaiman karena diduga tidak mengerjakan tugas sekolah.

Ketua Dewan Pendidikan Inhil, Syamsurizal Awi saat dikonfirmasi melalui selulernya menyebutkan jika benar hal ini terjadi ia sedikit menyayangkan karena tidak terlebih dahulu dilakukan mediasi pendampingan.

“Kalau memang sekiranya orang tua anak tidak bisa baca tulis, ini sangat disayangkan karena itu perlu pendampingan dalam menerima keputusan. Tapi kami akan pelajari dulu kasus ini dan akan menanyakan ke pihak sekolah bagaimana duduk permasalahan sebenarnya karena saya baru menerima informasi ini dan mau menelusuri lebih dalam lagi,” ucapnya, Jum’at (30/10/2020).

Syamsurizal Awi menambahkan, mengenai kebijakan mengeluarkan siswa dari sekolah itu harus dilihat terlebih dahulu bagaimana pelanggaran yang dilakukan, namun pada hakekatnya harus ada pemberlakuan peringatan sama halnya seperti tempat bekerja.

“Seyogyanya ada surat peringatan, tidak mesti harus dikeluarkan. Dan surat peringatan itu berlaku sama halnya di dunia kerja apabila pelanggaran seperti yang disebutkan tadi semacam tidak membuat tugas,” ujarnya.

Ketua Komunitas Peduli Anak (KOMPAK) Provinsi Riau, Maryanto SH mengecam langkah yang dilakukan pihak SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu yang mengeluarkan diduga siswanya, Sulaiman, siswa Kelas X IPS I hanya karena alasan jarang mengerjakan tugas secara daring.

“Kami sangat mengecam langkah pihak SMA Negeri 1 Tembilahan Hulu yang diduga sengaja mengeluarkan siswanya dari sekolah hanya karena jarang mengerjakan tugas via daring,” ungkap pria yang juga Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Indragiri Hilir, usai mendatangi langsung kediaman siswa ini.

“Seharusnya pihak sekolah harus arif dan bijaksana dan menyelidiki penyebab anak tersebut tidak mengerjakan tugas sekolah, tidak boleh asal pindahkan begitu saja, apalagi memang orangtua tidak pernah ingin anaknya pindah sekolah,” cetus pria yang juga sebagai advokat ini.

Tindakan seperti ini merupakan diskriminatif terhadap anak-anak dari kalangan tidak mampu, karena mengeluarkan sepihak tanpa melihat secara utuh permasalahan yang dihadapi anak tersebut.

“Diharapkan, permasalahan ini menjadi atensi pihak Dinas Pendidikan Provinsi Riau, karena ini menyangkut rasa keadilan dan kesempatan anak bangsa untuk memperoleh pendidikan yang layak dan masa depan mereka, ” harapnya.